Serba Serbi Pembaharuan Juri GPMB dan Proses Seleksinya

Secara umum semua pembahasan yang terjadi di Technical Meeting tersebut berjalan dengan cukup baik, lancar dan hampir tanpa hambatan…kecuali ketika nama-nama para Juri yang akan bertugas di GPMB dan GPJB selesai diumumkan.
Salah satu pertanyaan yang sangat tendensius bahkan memberi kesan “menuduh” bahwa akan ada Juri yang tidak obyektif dan kemungkinan memihak salah satu unit peserta memberi dorongan yang kuat bagi saya untuk menulis penjelasan ini. Saya sebut disini sebagai penjelasan dan bukan pembelaan karena hakekatnya tidak ada yang perlu dibela karena “tuduhan” itu tidak mengandung kebenaran sama sekali.
Oleh karenanya perkenankanlah saya dalam hal ini sebagai Ketua Juri GPMB/GPJB 2002 dan juga mewakili Panitia GPMB/GPJB memberikan ulasan dan latar belakang Pembaharuan dan Proses Seleksi Juri GPMB yang sudah dimulai sejak GPMB XVII tahun 2001 yang lalu.
Kilas Balik Pembaharuan Juri GPMB
Sekitar bulan Mei 2001 tahun lalu, saya mendapat telpon dari Titin (Sekretaris Umum GPMB) yang kemudian mengatakan bahwa Pak Kamto (Almarhum Bapak G. Sukamto) yang notabene adalah Ketua Bidang Lomba GPMB sejak awal tahun 1990 (bahkan mungkin juga tahun-tahun sebelumnya) ingin bicara dengan saya.
Kemudian Almarhum Pak Kamto mengatakan ingin bertemu dengan saya untuk membahas mengenai Penjurian di GPMB dan juga GPJB I tahun 2001.
Kami, alm. Pak Kamto, Pak Fauzan, Ibu Lisa, Mas Kirnadi dan saya sendiri kemudian bertemu di kantor GPMB di kompleks Taman Ria Remaja Senayan beberapa hari kemudian.
Ibu Lisa mengawali pembicaraan kami dengan mengatakan bahwa Panitia GPMB sudah pusing dengan isu ketidak puasan para peserta GPMB terhadap penjurian dan anggota Juri yang selama itu selalu menjadi topik paling hangat , baik di Technical Meeting, Selama lomba dan juga seusai GPMB, dari tahu ke tahun tidak pernah berubah. Sejak dari para Juri GPMB yang terdiri dari mayoritas orang-orang Korsik, lalu tahun berikutnya disisipkan pemusik terkenal, tokoh-tokoh IKJ lalu yang paling belakangan pemusik dan bahkan pimpinan Twilite Orchestra, Mas Addie MS juga ikutan berkiprah di GPMB, toh masih juga suara-suara sumbang tidak terbendung. Intinya selalu mempersoalkan mengenai ketidak puasan peserta terhadap kualitas para Juri GPMB yang dianggap “kurang” memenuhi syarat serta tidak memiliki latar belakang yang cukup baik untuk menilai pagelaran para peserta GPMB.
Mengapa demikian, karena umumnya para peserta memiliki suatu pemikiran dan anggapan bahwa musik marching band adalah musik yang unik, kompleks dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan musik universal pada umumnya. Belum lagi kalau sudah dipadu dengan gerak langkah dan pembentukan displaynya, makin bertambah rumit rasanya untuk dianalisa dan dinilai secara begitu saja tanpa mendalami lebih jauh apa yang disebut sebagai marching musics tersebut.
Karenanya baik alm. Pak Kamto serta Bu Lisa menanyakan bagaimana sebaiknya keluhan itu diselesaikan untuk memuaskan semua peserta GPMB sekaligus mengatasi kemungkinan protes dari peserta serta untuk meningkatkan citra GPMB sebagai kompetisi marching band yang cukup bergengsi di Indonesia.
Mas Kirnadi dan saya memberikan pandangan bahwa orang yang pasti mampu menilai suatu pagelaran marching band tentunya orang yang juga ikut terlibat secara langsung dengan pembinaan dan pelatihan marching band itu sendiri. Dan orang yang sangat terlibat tentunya orang yang pernah menjadi anggota suatu unit, ikut berlatih, ikut bermain dan juga ikut berkompetisi dengan marching band itu sendiri.
Tidak lain dan tidak bukan tentu saja Pelatih ataupun orang-orang yang telah mendarmabaktikan dirinya untuk menekuni dan mendalami seluk beluk marching musics selama bertahun-tahun sehingga memiliki modal pemahaman dan pengalaman yang cukup untuk menjadi seorang Juri pada suatu kompetisi marching band.
Pertanyaan yang sangat wajar disampaikan oleh Bu Lisa maupun alm. Pak Kamto yaitu tentang kekuatiran kalau Pelatih suatu unit tertentu menjadi Juri maka yang bersangkutan akan memihak unit yang memiliki hubungan dekat dengan Juri tersebut. Saya memberikan jawaban bahwa hal itu “bisa” saja terjadi tapi juga bisa “dihindari” dan diproteksi supaya tidak bisa terjadi atau tepatnya kecil kemungkinannya untuk terjadi. Caranya adalah dengan menempatkan minimal 2 (dua) orang Juri yang berlainan asal unitnya dalam satu caption (mata lomba). Kalau diambil 2 orang Juri yang berlainan asal unitnya, misalnya Juri A dari unit A dan Juri B dari unit B untuk menilai caption C maka resiko terjadinya kolusi dan manipulasi akan bisa dihindari. Saya juga menyampaikan bahwa yang terpenting adalah untuk memberikan suatu pengarahan kepada Juri-juri yang dipilih bahwa mereka mengemban semangat reformasi dan harus bisa bekerja dengan nuraninya lebih dari sekedar menuliskan nilai dilembar penilaian. Harus diakui bahwa kita semua sudah sangat terbiasa dan kemudian bersikap apatis terhadap segala praktek kolusi yang begitu merajalela dinegeri kita ini. Sejak kita dilahirkan, praktek kolusi sudah membayangi hidup kita sejak bayi. Bayangkan bahwa dirumah sakit yang seyogyanya “bersih” dari praktek kolusi dan manipulasi saja masih saja tidak steril. Mulai dari penjaga pintu ruang perawatan yang bisa “meloloskan” pengunjung diluar jam kunjungan pasien sampai ketingkat yang lebih tinggi lagi.
Semuanya bisa dan biasa terjadi sehingga sering orang menyebut bahwa di Indonesia ini “Everything can be easily arranged”, cukup memprihatinkan sebenarnya.
Selanjutnya, Ms Kirnadi dan saya menjelaskan kepada Bu Lisa dan alm. Pak Kamto bahwa GPMB harus berani mengambil suatu keputusan penting demi perkembangan aktivitas marching ditanah air. Ganti semua Juri atau paling kurang mulai membaurkan para Juri yang diambil dari insanmarching band untuk mulai ditugaskan sebagai Juri di GPMB. Pada tahap awal, dari 3 Juri lama sisipkan sekurangnya seorang Juri baru yang pada tahap berikutnya 100% Juri lama bisa dialihkan kepada para Juri baru.
Soal kekuatiran nantinya akan ada suara-suara sumbang bernada tidak percaya atau bahkan menyudutkan keberadaan para Juri baru, biarkan waktu yang membuktikan. Yang penting kita semua harus bisa menjadi alat kontrol terhadap kejujuran, profesionalisme dan terpenting menjaga kredibilitas GPMB terhadap kemungkinan terjadinya kecurangan dan keberpihakan dari seorang atau lebih Juri baru tadi.
Akhirnya, diputuskan untuk GPJB I akan mulai digunakan tenaga Juri baru yang diambil dari insan marching band dengan latar belakang berbagai unit asal. Ada yang dari Gita Teladan, PSUMB dan banyak lagi lainnya. Kalau proyek reformasi Juri ini berhasil dengan baik di GPJB I akan dilanjutkan untuk GPMB XVII 2001.
Seperti yang kita ketahui bersama, akhirnya GPMB XVII 2001 sudah mulai menggunakan banyak Juri dari insan marching band dengan motto sederhana, “Dari Kita, Untuk Kita dan Oleh Kita”
Saya sendiri diminta untuk membantu sebagai wakil dari Mas Singgih Sanjaya yang di GPMB XVII menjadi Ketua Juri.
Dalam pelaksanaan penjurian di GPMB XVII lalu, saya selalu menekankan nilai profesionalisme dan kejujuran yang harus kita junjung tinggi. Jangan sampai kami melakukan kesalahan kecil yang bisa berakibat fatal, tidak dipercaya lagi dan bahkan bisa merugikan proyek reformasi Juri GPMB ini. Saya mengkontrol dengan ketat hasil penilaian dari setiap Juri untuk setiap caption dan membuat perbandingan antara nilai dari Juri 1-2 dan 3 untuk menjamin tidak terjadi ketimpangan ataupun kecurangan yang mungkin ada. Bahkan pada babak Final GPMB XVII dalam rapt akhir Dewan Juri diketahui adanya seorang Juri yang memberikan nilainya amat jauh terlalu tinggi dibandingkan 2 Juri lainnya. Ketika diverifikasi dan dipertanyakan akhirnya ketahuan bahwa Juri yang bersangkutan terlalu gegabah untuk memberikan nilai terlalu tinggi pada tingkat awalnya. Ini berakibat untuk peserta yang memang penampilannya baik dan harus diberikan nilai lebih tinggi menjadi “terlalu tinggi” dan nyaris mencapai nilai sempurna maksimal.
Apa yang kemudian diputuskan untuk memperbaiki “insiden” ini? Juri yang bersangkutan harus memperbaiki sistem dan penilaiannya mulai dari peserta yang tampil pertama sampai yang terakhir. Itu sebabnya pengumuman pemenang pada babak Final GPMB XVII menjadi tertunda lebih dari 1 jam dari waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
REFORMASI LANJUTAN di GPMB XVIII 2002.
Seperti kita ketahui bersama, nama-nama Juri yang akan bertugas di GPJB II dan GPMB XVIII 2002 sudah resmi diumumkan pada waktu Technical Meeting GPMB tanggal 24 Nopember yang lalu. Sebagian besar peserta TM tidak memberikan komentar dan menyambut baik pengumuman nama tersebut yang dapat diartikan “bisa menerima” susunan Juri tersebut. Semuanya merupakan insan maching band dan tidak ada lagi Juri lama yang bertugas, kecuali mungkin untuk Pencatat Waktu dan Penalti yang bukan merupakan nilai tehnis suatu pagelaran unit marching band di GPMB dan GPJB.
Namun toh masih ada juga yang mempersoalkan resiko keberpihakan dan kemungkinan tidak obyektif bagi Juri yang memiliki hubungan khusus dengan peserta, entah itu dulu ataupun sekarang masih menjabat sebagai pelatih salah satu kontestan.
Cukup wajar kalau kekuatiran ini kemudian timbul karena “kebiasaan” kita semua dalam menghadapi segala macam KKN atau kecurangan lain yang terjadi dalam hidup kita sehari-hari.
Namun, kita tidak akan pernah beranjak maju kalau tidak berani mencoba dan tidak rela memberikan kesempatan kepada para Juri baru. Kesempatan untuk menunjukkan dan memberi bukti bahwa yang bersangkutan layak diberi kepercayaan, tanggung jawab moral dan kesanggupan untuk bertugas dengan jujur, adil dan tidak memihak suatu pihak tertentu.
Makna inilah yang perlu digaris bawahi, nilai harga diri dan kredibilitas para Juri yang perlu dijaga oleh mereka masing-masing dalam menjalankan tugasnya nanti. Ironis sekali kalau kita semua tidak rela memberikan kepercayaan itu karena toh semuanya akan dijaga dan dikontrol dengan ketat oleh Ketua serta Wakil Ketua Juri nantinya. Waktu jualah yang akan membuktikan nanti bahwa kekuatiran yang berlebihan itu yang terlalu apriori dan mungkin kurang pada tempatnya untuk dipermasalahkan sepanjang masa.
Kita semua juga patut meyadari bahwa jumlah calon Juri yang tersedia sangat terbatas, artinya kita kekurangan tenaga yang mampu untuk dipilih dan ditunjuk menjadi calon Juri nantinya, baik untuk GPMB tahun ini, terlebih untuk tahun-tahun mendatang. Kebetulan bahwa MB. Pupuk Kaltim Bontang, PSUMB dan beberapa lagi lainnya tidak ikut berpartisipasi di GPMB XVII sehingga Oldman, Bigman dan banyak lagi nama lainnya bisa membantu panitia GPMB untuk tugas penjurian. Apa jadinya kalau kita semua selalu apriori dan tidak yakin bahwa kami semua layak dipercaya, bertanggung jawab dan memiliki nilai kredibilitas yang baik untuk mengemban tugas penting ini. Apakah kalau MB. PKT, Karang Putih, PSUMB, Gita Teladan, Crescendo dan lain-lainnya ikutan GPMB lalu pelatihnya tidak bisa atau tidak layak lagi untuk ditunjuk sebagai Juri GPMB?
Dari pengalaman yang lalu, justru para Pelatih MB yang bersangkutan akan “lebih pelit” dalam menilai unitnya sendiri karena mereka tahu persis dimana letak kelemahan unitnya sendiri.
Mereka akan malu untuk memberikan “keistimewaan” dan “keuntungan” bagi unitnya karena masih ada Juri lain dalam caption yang sama. Suatu perbedaan nilai yang ekstrim akan begitu mudah diketahui dan berakibat turunnya citra dan harga diri Juri tersebut dan bahkan bisa berakibat lebih jauh dengan resiko tidak ditunjuk lagi untuk event yang akan datang.
Saya yakin sekali bahwa kekuatiran akan timbulnya kecurangan tidak akan pernah terjadi karena hal itu akan sangat mudah dideteksi dan kemudian dikoreksi sebagaimana mestinya.
Oldman dan Bigman pasti akan turun tangan untuk memberantas itu semua demi menyelamatkan kegiatan maching band ditanah air.
Kita harus meyakini bahwa bila ada suatu unit yang kemudian bisa menang karena “dibantu” dengan kecurangan sudah pasti akan dicemoohkan oleh komunitas marching band dan hal ini pasti tidak dikehendaki oleh unit itu sendiri. Saya juga yakin para Pembina, Pelatih dan Anggota setiap unit yang berkompetisi tidak pernah menginginkan suatu kemenangan yang diperoleh secara tidak jujur karena akan memberi aib dan malu bagi unitnya sendiri.
Jadi, dalam kesempatan ini saya menghimbau dan mengajak anda semua untuk ikut mensukseskan program peremajaan Juri GPMB dengan cara mendukung pelaksanaannya dan menjadi bagian dari pengawasan agar tidak pernah terjadi kecurangan yang tidak dikehendaki.
Marilah kita bekerja sama agar motto “Dari Kita, Untuk Kita dan Oleh Kita” menjadi suatu etos yang baik antara Penyelenggara, Pelaksana dan Peserta dalam setiap kompetisi marching band ditanah air, khususnya GPJB dan GPMB.
Dan bagi para peserta GPJB II dan GPMB XVIII 2002 yang akan datang, saya sampaikan ucapan Selamat Berlatih agar bisa menunjukkan kemampuan terbaik unit anda. Buatlah pagelaran anda menjadi sesuatu yang istimewa untuk memberi kesan yang baik serta tanpa kelemahan dan kekurangan sehingga para Juri akan dengan sendirinya memberi nilai yang sesuai dengan kemampuan unit anda.
Sampai Jumpa di GPJB II dan GPMB XVIII diakhir bulan Desember 2002 di Istora Gelora Bung Karno.
Jakarta, dini hari 29 Nopember 2002.
Iwan “Oldman” Christanto
Related posts:
Short URL: https://trendmarching.or.id/read/?p=246