Lasdim, Sukses Pasok Drum Band ke Sekolah
Semakin banyaknya sekolah yang memasukkan drum band sebagai kegiatan ekstrakurikuler, membuat peralatan drum band laris manis. Seperti yang dilakoni Lasdim Praktikto (38), warga Kelurahan Kadipaten, Keraton, Yogyakarta. Sekolah menjadi pangsa pasar utamanya dengan cara membagikan brosur secara merata. Peralatan musik yang dibuat
Lasdim terdiri atas beberapa item, seperti drum, ketipung, remo, dan kendang.
Setiap satu unit drum band ukuran 10 inci, yang diperuntukkan bagi anak TK, dijual seharga Rp 5 juta, sementara ukuran 12 inci dihargai Rp 8 juta. Harga menyesuaikan ukuran. Semakin besar ukuran, harganya juga makin mahal, ucapnya. Menurut Lasdim, dari segi pemasaran, ia tidak banyak mengalami kesulitan. Maklum, belum banyak perajin yang memproduksi peralatan drum band. Karena pesaingnya tidak banyak, maka saya tidak kesulitan berpromosi.
Saya tinggal membagikan brosur penawaran ke sekolah-sekolah dan mereka pun akan datang ke tempat saya, tuturnya. Pelanggan Lasdim tak hanya sekolah-sekolah di DI Yogyakarta, tetapi juga lintas kota, seperti Solo, Medan, Surabaya, dan berbagai kota besar lainnya. Di Bantul saja ada ratusan sekolah. Belum lagi sekolah-sekolah di lain kota. Artinya, pangsa peralatan drum band mencapai puluhan ribu sekolah. Yang jadi persoalan adalah minimnya tenaga kerja yang ada. Tidak banyak yang bisa membuat peralatan seperti ini, terutama untuk menyetel nadanya. Kendala itu membuat kami kewalahan menerima semua pesanan yang masuk, ucapnya.
Selain kendala tenaga kerja, naiknya harga bahan baku juga menjadi persoalan tersendiri. Harga besi dari Rp 6.500/kg menjadi Rp 13.000/kg, sedangkan aluminium dari Rp 26.000/kg menjadi Rp 48.000/kg. Karena semuanya naik, modal kami harus ditambah. Kalau tidak, proses produksi pun terganggu karena sebagian besar pesanan hanya memberikan uang DP sebesar 10 persen, katanya. Toko musik Selain mengandalkan sekolah, Lasdim juga getol menawarkan produknya ke toko-toko musik. Ia juga membuka show room di Jalan Pangeran Wirosobo, Yogyakarta.
Sebagian produksinya dilakukan di Dusun Manding, Desa Trirenggo Bantul. Meski andalan utamanya adalah sekolah, bukan berarti kesempatan yang lain saya abaikan, katanya. Bersama dengan istrinya, Lasdim juga melayani pemesanan baju drum band.
Peluang itu diambilnya ketika banyak pembeli yang menanyakan baju drum band.
Banyak yang pengennya komplet. Jadi, saya bersama istri belajar membuat bajunya dan ternyata bisa diterima oleh pasar, ujarnya. Kepiawaian Lasdim membuat peralatan drum band berasal dari orangtuanya. Ayahnya adalah seorang abdi dalem keraton yang bertugas mengurusi peralatan gamelan. Awalnya, kami hanya coba-coba membuat peralatan drum band karena banyak sekolah yang butuh. Di luar dugaan, respons pasar ternyata cukup positif, katanya. Kecintaan Lasdim kepada bisnis peralatan drum band, membuatnya meninggalkan bangku kuliah di Jurusan Sosiatri STPMD (Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa) APDMD. Waktu itu yang terpikir di benak saya adalah bagaimana mengembangkan bisnis semaksimal mungkin dan saya pun rela keluar untuk mewujudkan cita-cita saya itu, katanya. Prinsip yang dianut Lasdim, bergerak dari yang sederhana dan kecil, jika diimbangi dengan ketekunan, kesuksesan pasti menanti. (ENY)
Kompas Cetak |
Related posts:
Short URL: https://trendmarching.or.id/read/?p=992