|

Marching Band, Latihan Disiplin yang Menghibur

Guys, ingat kan dengan marching band? Ini jenis kegiatan yang merekrut banyak orang untuk disatukan dalam kelompok musik dan tari. Mereka memainkan alat musik pukul, tiup, dan mengayun-ayunkan bendera. Satu dari sekian banyak organisasi marching band yang ada di Indonesia adalah Batavia Marching Band, yang didirikan di bawah naungan Museum Bank Mandiri pada tahun 2006 atas gagasan pengurus Museum Bank Mandiri, Pak Firman Haris dan Pak Helianto. Nama ngetop-nya “Batavia MB”.

Awalnya sih, Batavia MB hanyalah sebuah kegiatan sampingan karyawan Bank Mandiri. Namun sejak tahun 2008 ini kegiatan itu menerima peminat yang pelajar dan mahasiswa. “Para pelajar dan mahasiswa yang ikut kegiatan ini akan kami beri pengajaran dan pelatihan untuk regenerasi nantinya,” tutur Pak Madi Krisna (45), satu dari 3 pelatih Batavia MB.

Menurut Pak Madi, di Batavia MB ada 3 orang pelatih dengan tugasnya masing-masing. “Saya sendiri pelatih alat pukul, Pak Agus pelatih alat tiup, dan Mbak Muli pelatih bendera,” jelasnya. Pada mulanya, alat-alat Batavia MB didapat dari Kantor Pusat Bank Mandiri, namun jika alat-alat itu rusak pemain menggantinya dari hasil ‘ngamen’. “Yang di maksud hasil ‘ngamen’ adalah honor tampil kami. Namun jika ada sisa, hasil itu dibagi-bagi di antara anggota,” katanya lagi.

Ternyata, guys, tiap tim marching band memiliki ketua non-teknis. Di Batavia MB ketua non-teknisnya Abdul Rizki (26). “Sebagai ketua non-teknis, saya mengatur jadwal latihan dan jadwal tampil, mengatur kostum, dan mengecek alat-alat yang rusak,” jelasnya.

Wah ternyata Batavia MB ini telah memiliki berbagai macam prestasi lho. Misalnya pada tahun 2006, marching band itu menjadi Juara I dalam Kejuaraan Marching Band Porda se-Indonesia. Mereka juga sudah mengikuti Kejuaraan Grand Prix dan berhasil bertengger di urutan ke-11 dari 23 marching band se-Indonesia.

Batavia MB juga sudah berpengalaman tampil dalam berbagai acara, seperti pada acara 100 Tahun Kebangkitan Nasional 20 Mei 2008 lalu.
Batavia MB ini pun telah berusaha memasuki SMA-SMA di sekitar Museum Bank Mandiri.
Sayang tuh, minat siswa sekolah-sekolah yang mereka datangi masih rendah.
Kenapa ya? Menurut Pak Madi, penyebabnya terutama biaya karena marching band memang merupakan kegiatan padat-biaya. Di samping itu, jadwal kegiatan sekolah sendiri emang udah padet.
“Sekarang anak-anak SMA rata-rata pulang sekolah jam 3 sore dan pasti sudah lelah kalau harus mengikuti kegiatan ini,” kata Pak Madi lagi.
Bener banget sih, marching band itu makan biaya banyak, terutama buat beli peralatan dan kostum. Tapi, kegiatan ini punya keuntungan besar dalam menumbuhkan rasa disiplin dan kebersamaan.

Meski marching band berurusan dengan musik, menurut Pak Madi, yang berminat ikut nggak usah takut sama notasi. “Tak harus bisa notasi atau sudah bisa main alat musik. Di sini para pemula dapat menerima pengajaran dan pelajaran mengenai musik. Setelah dianggap siap tampil, mereka akan ikut tampil di berbagai kegiatan,”
katanya.
Siapa saja sih yang sudah ikut Batavia MB? Banyak lho. Dari bulan Januari 2008, peserta datang dari berbagai sekolah menengah dan perguruan tinggi, seperti SMAN 2 Jakarta, SMK Kartini, Universitas Trisakti, dan Universitas Pancasila.

Waktu latihan, para anggota dituntut untuk serius, namun ada saatnya mereka santai dan bercanda seperti yang TaMu saksikan belum lama ini. Latihannya dimulai jam 2 siang dan berakhir jam 5 sore, di halaman depan Gedung Museum Bank Mandiri. Jadi, kamu bisa berlatih disiplin yang menghibur.

“Dengan kami tampil, kami harapkan masyarakat yang di jalan dapat terhibur dan tidak menggangap museum ini pasif,” jelas Pak Madi yang sabar meladeni pertanyaan-pertanyaan.
Batavia Marching Band kini memiliki 90 anggota, 25% di antaranya anak-anak SMA dan mahasiswa. “Kami berharap makin banyak anak-anak muda yang ikut untuk kami didik dalam kegiatan positif ini,” jelas Pak Madi. Wah setuju banget, Pak! Gimana temen-temen, berminat jadi anggota marching band?

Disiplin, Kompak, Tanggung Jawab


Cewek mungil ini lebih suka dipanggil Kak Muli. Usianya 28 tahun. Ia adalah seorang anggota marching band. Tapi Kak Muli ini bukan anggota biasa-biasa aja, karena secara dia juga pelatih beberapa marching band. Ia spesialis bidang bendera, istilahnya colour guard.
So, guys, ngibar-ngibarin bendera itu nggak sembarangan asal berkibar tapi ada
aturan mainnya. Maka harus latihan. Nah, Kak Muli salah satu ahlinya gitu…
Meski udah berkeluarga, Kak Muli tetap setia di marching band. Suaminya juga
pemain marching band. Udah lama Kak Muli nerjunin kegiatan ini, sejak tahun
1994, sewaktu masih duduk di bangku SMP. Waktu itu masih jadi hobi aja sih.

Saat ditemui belum lama ini, Kak Muli tengah mengajar cewek-cewek memainkan
bendera di halaman depan Museum Bank Mandiri, Kota. Kegiatan itu istilah kerennya Colour Guard Batavia Marching Band. Dengan gerakan-gerakan tangan yang lincah, Kak Muli memainkan tongkat kayak tiang panjang yang di ujungnya terdapat kain lebar berwarna-warni.

Di tempat lain, Kak Muli juga jadi pelatih, misalnya di SD Cipinang Muara, SD Argentina, dan juga di pondok pesantren. Dulu malah lebih banyak lagi, seperti SMA dan marching band umum. Menurut Kak Muli, mengajar anak-anak SMA itu lebih sulit dibanding SD. Juga kurang terarah. “Tahun 2005, saya sempat mengajar di SMA Lab School, namun marching band kurang maju karena anak-anak SMA lebih sibuk belajar dan les-les. Anak-anak SMA lebih individual. Kalau anak-anak SD bisa sama para orangtuanya,” kenang wanita kelahiran 7 April ini.
Apa sih, Kak, yang paling mengesan nekunin marching band? “Saat kumpul bareng ada rasa kekeluargaan, walaupun capek juga latihan minimal 3 jam sehari,” tutur Kak Muli.
Namun, kesetiaan dan usaha kerasnya nggak sia-sia. Kak Muli pernah jadi juara Grand Prix Junior Band. Tahun 1995 ia pernah tampil di Istana Negara. Wow… keren…

Ikut marching band, menurut Kak Muli, perlu tiga hal, yaitu kedisiplinan, kekompakan, dan rasa tanggung jawab. “Anggota marching band itu harus bertanggung jawab pada benda yang ia gunakan, alat musik maupun bendera. Ia bertanggung jawab untuk meletakkan alat agar tidak cepat rusak,” katanya memberi contoh.

Kak Muli mau bagi-bagi rahasia suksesnya nih, guys, yaitu kreativitas dalam koreografi dan kedisiplinan saat berlatih.
Menurut Kak Muli, soal marching band, Jakarta kalah maju dibanding daerah lain.
“Di Jakarta, banyak anak muda yang mengisi waktunya dengan jalan-jalan ke mal, tanpa mau belajar melatih diri untuk mengembangkan bakat dan disiplin,” tuturnya. Wow… berat juga nih “tuduhan”-nya… Hehehe… (Putu)


Sendy (17), SMK Kartini Jakarta Ikut marching band ini menambah pengalaman baru dan bisa untuk mengisi liburan,
sekalian tes mental buat tampil di depan umum.

Anton Efendi (17) SMAN 2 Jakarta Marching band yang gue ikutin ini kegiatan positif banget untuk mengisi waktu,
ya daripada melakukan hal-hal yang nggak jelas. (Putu)

foto-foto: Tamu/Luh Putu Grace Eunike

Sumber : Warta Kota

Short URL: https://trendmarching.or.id/read/?p=983

Posted by on Sep 9 2008. Filed under News. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can skip to the end and leave a response. Pinging is currently not allowed.

Leave a Reply


Recently Commented