Marching Band Ikut Meramaikan Acara Pra Haul
Pondok Buntet Pesantren Cirebon.
Kampung
Pondok Buntet Pesantren hari ini, Jum’at 4 April 2008 diramaikan oleh aksi barongsai
dan Marching Band. Merupakan salah satu rangkaian acara pra Haul yaitu Sunatan
Massal bagi 32 peserta. Keceriaan anak-anak yang disunat tergambar saat mereka
diarak dari desa Mertapada hingga Kompplek Pesantren. Tidak tanggung-tanggung
ribuan masyarakat menyaksikan moment tahunan ini.
Pondok Buntet Pesantren Cirebon.
Kampung
Pondok Buntet Pesantren hari ini, Jum’at 4 April 2008 diramaikan oleh aksi barongsai
dan Marching Band. Merupakan salah satu rangkaian acara pra Haul yaitu Sunatan
Massal bagi 32 peserta. Keceriaan anak-anak yang disunat tergambar saat mereka
diarak dari desa Mertapada hingga Kompplek Pesantren. Tidak tanggung-tanggung
ribuan masyarakat menyaksikan moment tahunan ini.
Setidaknya adalah dua grup Marching Band yang beraksi. Grup pertama berasal
dari anak-anak MANU (Madrasah Aliyah NU) dan dari Madrasah AI Mertapada Kulon.
Marching Band di pesantren ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Setidaknya
marching band modern ini sudah ada sejak tahun 1980-an. Namun jika dihitung,
semenjak lebih dari 1970-an sudah ada. Dulu dikenal dengan Drum Band. Salah
satu penggiat Drum Band yang kini menjadi guru marching band adalah Kang Braim.
Keseriusan Kang Braim (Ust. H. Ibrahim Khalil) menggiatkan para santri untuk
aktif dalam kegiatan seni ini merupakan sebuah keasikan tersendiri. Keramaian
pesantren menjadi variatif terutama dalam momont budaya seperti haul, muludan,
sunatan atau aktraksi sekolah.
Aktivitas pelajar pesantren yang tergabung dalam grup marching band ini aktif
melakukan latihan secara rutin. Mereka juga sering terlibat dalam memonet acara
nasional seperti upacara 17 Agustusan.
Ada hal yang membedakan marching band pesantren dengan marching band dari kota.
Salah satunya pada lagu-lagu yang dibawakan berjenis lagu-lagu bernuansa keislaman.
Di samping itu anggotanya tidak dicampur aduk antara laki-laki dan perempuan.
Untuk saat ini grup marching band Buntet Pesantren didominasi oleh laki-laki.
Menurut budaya pesantren, wanita bukannya tidak boleh, akan tetapi karena prioritas
untuk bisa tampil maksimal adalah para lelaki.
Disamping itu, dalam setiap sesi latihan biasanya mereka keliling kampung yang
jauhnya berkilo-kilo jaraknya. Ini cukup melelahkan bila ditangani oleh wanita.
Satu lagi jika ada anggota yang kelelahan menanganinya lebih mudah jika bukan
wanita.
Arak-arakan Barongsai.
Pada moment pra haul hari ini, Marching band bersama satu grup Barongsai Naga
Mas dari kota Cirebon ini mengiringi bocah sunat. Sejumlah 32 anak-anak ini
diarak menggunakan "per" atau delman disaksikan oleh warga dari kedua
desa tersebut.
Banyaknya orang-orang yang hadir tentu bukan saja melihat anak-anak yang disunat,
tetapi yang menjadi perhatian adalah aksi dari Barongsai yang cukup energik
itu. "Ayo gagiyan ndeleng Barongsai", ajak salah orang tua kepada
anaknya untuk menyaksikan.
Sejumlah anak-anak anggota barongsai berkaos merah ini umurnya hanya belasan
tahun namun atraksi loncat dan berlari mengikuti irama khas banrongsai mahir
sekali. Mereka cukup pintar seperti juga di daerah lain. Ternyata mereka rutin
latihan bersama di Viahara Putri Welas Asih. Ada sekitar
Konsentrasi iring-iringan itu berhenti di lapangan depan Masjid Jami’ Buntet
Pesantren Cirebon. Dua grup marching band melakukan display terkahir dengan
menyanyikan lagu-lagu pilihan. Sedangkan Barongsai dari "Naga Mas"
melakukan aksi terakhirnya dengan gaya loncat-loncatan membuat ratusan penonton
ikut memadati arena pertunjukan. (redaksi buntetpesantren.org)
Related posts:
Short URL: https://trendmarching.or.id/read/?p=920