|

Kisruh ketika Partai Puncak Kejurnas PDBI

KEJUARAAN nasional drum band berakhir kemarin (1/2) di GOR Kenjeran. Partai pemungkas lomba tersebut diwarnai kekisruhan. Ada ”ketegangan” di kesatuan tingkat menengah dari dua perwakilan Jatim. Yakni, tim Jombang dan Surabaya.

Ketegangan itu terjadi dalam final Lomba Unjuk Gelar (LUG). Kategori tersebut memang cukup bergengsi. Nah, pada setiap kategori, biasanya hanya dua tim yang berhak tampil di final. Tapi, kemarin panitia punya kebijakan lain. Mereka memutuskan tiga tim tampil. Yakni, satu tim dari Kalimantan Tengah dan dua tim dari Jatim, Jombang dan Surabaya.

Itulah yang diprotes tim Jombang. Mereka ”tidak rela” tim Surabaya ikut unjuk kebolehan. Apalagi, Surabaya sebelumnya dinyatakan tidak lolos ke final.

Namun, keputusan berbeda memang harus diambil oleh juri. Sebab, mereka diprotes kesatuan Surabaya yang merasa ”dicurangi” saat semifinal. “Ada kesalahan penilaian. Seharusnya, nilai Surabaya dikurangi 5. Tapi, juri salah menulis jadi minus 50,” kata Ketua Harian Persatuan Drum Band Indonesia (PDBI) Surabaya M. Miskan H.S.

Lontaran protes telanjur keluar dari tim Jombang. Mereka tidak terima tim Surabaya yang diwakili SMPN 1 Surabaya ”ikut-ikutan” tampil di final. Sebab, dalam aturan jelas disebutkan bahwa tiap kategori dan tingkatan hanya berhak menampilkan dua finalis. “Kami tidak terima kalau dari Jatim ada dua yang tampil,” ujar salah seorang pendukung kesatuan Jombang.

Kejadian tersebut membuat penonton khawatir. Saat terjadi ribut-ribut di lantai dasar, banyak penonton yang keluar dari GOR Kenjeran. Mereka khawatir terjadi tindakan anarkis. Ada juga yang mengerutu dan mengatakan bahwa panitia dan juri tidak profesional hingga terjadi keributan.

Beruntung, keributan itu tidak berlangsung lama. Kejadian tidak mengenakkan tersebut reda setelah dewan juri memutuskan bahwa yang berhak tampil adalah satuan dari Jombang. Tapi, setelah mengumumkan itu, panitia tetap memberikan harapan pada satuan Surabaya bahwa mereka dapat tampil. Puluhan siswa yang siap sejak pagi pun menunggu dengan sabar.

Kesabaran mereka tidak terbayar. Setelah kesatuan Kalteng dan Jombang unjuk gigi, para juri pergi meninggalkan kursi. Bahkan, lampu penanda waktu bermain drum band dicopoti.

Melihat hal itu, tentu saja semua pelatih, pendukung, orang tua murid, hingga para pemain kecewa. “Kalau memang tidak bisa tampil, ya seharusnya diberi tahu sejak kemarin,” ujar Tutik, salah seorang wali murid. “Kami menuntut ada transparansi nilai. Hitam di atas putih. Kami tidak jadi tampil, jangan dipermainkan lagi,” timpal wali murid lain.

Sementara itu, sebelum kisruh terjadi, kesatuan-kesatuan yang masuk final benar-benar menampilkan karya terbaik mereka. Yang paling banyak mendapatkan sambutan meriah dari penonton adalah kesatuan dari Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Dari segi penampilan, kesatuan itu memang cukup menawan. Musik yang dibawakan pun jelas. Apalagi, tarian saman yang ditampilkan semua pemain mampu mencuri perhatian ratusan penonton. “Benar-benar bagus,” komentar Ashar Syaiful L., salah seorang penonton.

Meski NAD mendapatkan sambutan dari banyak penonton, bukan berarti penampilan finalis lain buruk. Sebab, secara keseluruhan semua kesatuan tampil baik. Mulai Bangka Belitung (Babel), Jawa Barat, Kalimantan Tengah, hingga Jawa Timur (Malang).

Untuk tingkat dasar (SD), tidak ada final, langsung diambil peringkat. “Alhamdulillah, sekolah kami peringkat pertama untuk Lomba Unjuk Gelar (LUG),” kata Domo, guru dan pembina drum band SDN Margorejo I. Hingga berita ini ditulis, beberapa kategori masih berlangsung dan belum ada pengumuman hasil lomba final. (may/dos)

Senin, 02 Februari 2009
Sumber : http://www.jawapos.com/metropolis/index.php?act=detail&nid=49928

Short URL: https://trendmarching.or.id/read/?p=1089

Posted by on Feb 11 2009. Filed under Dalam Negeri, Events, News, PDBI. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can skip to the end and leave a response. Pinging is currently not allowed.

Leave a Reply


Recently Commented