|

Dewa dan anggota MB Bontang PKT

Tidak semua mengetahui apa yang terjadi pasca penampilan MB Bontang PKT pada babak final GPMB XXII 7 januari 2007, dan tidak semua menyadari ada tamu istimewa yang duduk di jejeran VIP. Dewa yang merupakan band besar di tanah air menyempatkan datang melihat langsung kejuaraan marching band GPMB, dan menyaksikan penampilan MB Bontang PKT. Bagaimana proses panjang sang pelatih mendapatkan ide memainkan paket Salute to Dewa ? Apa yang dirasakan anggota pemain MB Bontang PKT saat ditonton dan dikunjungi oleh Ahmad Dhani, Tyo Nugros dari Dewa ?

Dalam artikel ini redaksi turunkan beberapa foto-foto hasil dokumentasi pengurus
MB Bontang PKT yang dikirimkan Rene Conway melalui email ke redaksi. Juga redaksi turunkan wawancara (interview) dengan pemain dan pelatih MB Bontang PKT.

*klik gambar untuk melihat ukuran yang lebih besar

Berikut wawancara redaksi dengan pemain MB Bontang PKT, dan pelatih :

– Wawancara dengan Inul :

Redaksi : Siapa nama anda dan bermain sebagai apa ?

Inul : Nama asli saya Khoirul Ama (saya dipanggil Inul),
saya sebagai pemain Color Guard di MB Bontang PKT.

Redaksi : Bagaimana kesan-kesan anda saat bermain ditonton oleh Ahmad Dhani?

Inul : Awalnya tidak percaya, soalnya pada hari sebelumnya
ada yang mengakui dia sebagai salah satu crew Dewa 19– satu2nya kata2
yang dia mengatakan yang tidak bisa saya lupakan, yaitu “Gak mungkin Dewa
datang hanya untuk Marching Band kalian, apalagi Ahmad Dhani!” Mulai dari
situ, saya merasa sangat terpojok. Memang kami semua menyadari Marching Band
kami berasal dari kota terpencil yang sangat jauh dari keramaian Ibukota –
bahkan banyak orang tidak tahu dimana letaknya kota Bontang.

Kesan saya waktu mendengar Ahmad Dhani datang, rasanya
sangat senang dan amat sangat tidak percaya kalau ternyata dia dan Tyo datang,
apalagi mengingat komentar orang di hari sebelumnya yang begitu pesimis dan
menganggap remeh MB Bontang PKT.

Redaksi : Bagaimana perasaan anda saat bertemu langsung dengan Ahmad Dhani
atau Tyo Nugros ?

Inul : Mungkin semuanya sudah bisa bayangkan bagaimana
perasaan saya dan teman2 waktu melihat sosok Ahmad Dhani yang begitu gagah berdiri
didepan kami semua dan meluangkan waktunya untuk berjabat tangan, mengucapkan
selamat dan memberikan tanda tangan pada kami.

– Wawancara dengan Eko :


Redaksi : Siapa nama anda dan bermain sebagai apa ?

Eko : Nama saya Eko Setiawan, saya sebagai pemain Snare
Drum di MB Bontang PKT.

Redaksi : Bagaimana kesan-kesan anda saat bermain ditonton oleh Ahmad Dhani?

Eko : Rasanya senang sekali ketika saya tahu dia datang
untuk menonton penampilan kami. Begitu kami selesai tampil aku melihat dia berdiri
dan ada rasa merinding dan gembira bisa melihat dia disitu.

Redaksi : Bagaimana perasaan anda saat bertemu langsung dengan Ahmad Dhani
atau Tyo Nugros ?

Eko : Kalau dengan Ahmad Dhani – rasanya tidak percaya
(seperti bermimpi) pada saat lagi berhadapan dengan artis yg begitu populer
dan terkenal, bisa bersalaman dan dapat tanda tangannya di kaos. Kalau Tyo –
orangnya baik dan ramah, aku tidak nyangka bahwa artis seperti dia mau berkenalan
dan berjabat tangan pada seluruh anggota MB Bontang PKT.

– Wawancara dengan Wahyu :

Redaksi : Siapa nama anda dan bermain sebagai apa ?

Wahyu : Nama saya Wahyu Indriyanto, saya sebagai pemain Trumpet 1 dan jabatan
saya di MB Bontang PKT adalah sebagai Dancorps (Komandan Korps).

Redaksi : Bagaimana kesan-kesan anda saat bermain ditonton oleh Ahmad Dhani?

Wahyu : Kesan2 saya sangat luar biasa pada saat Ahmad
Dhani melihat kami bermain. Semangat jadi timbul dengan sendirinya sehingga
membuat kami menjadi lebih percaya diri lagi . . . Sebenarnya sulit dipercaya
kalau Ahmad Dhani bakal datang hanya untuk melihat MB Bontang PKT.

Redaksi : Bagaimana perasaan anda saat bertemu langsung dengan Ahmad Dhani
atau Tyo Nugros ?

Wahyu : Perasaan saya sangat senang sekali bertemu dengan
kedua personil dari Dewa 19, apalagi mereka sudah sangat popular di kalangan
artis Indonesia. Dan tetap saya tidak percaya kalau ada bintang terkenal yang
meluangkan waktu demi kami (MB Bontang PKT).

– Wawancara dengan Rene Conway :


Redaksi : Redaksi mengucapkan selamat atas hasil juara 1 di divisi umum GPMB
XXII, dan redaksi juga mengucapkan selamat atas terpilihnya anda sebagai Coach
Of The Match GPMB XXII dan Band Of The Year 2006 oleh Trendmarching Awards.

Redaksi : Apa yang menginspirasi Rene membawakan paket lagu Salute to Dewa
19, apakah anda termasuk fans Dewa ?

Rene : Terima kasih atas ucapannya! Proses memilih program
Salute to Dewa 19 sebenarnya agak panjang. Awalnya mulai dari rencana saya untuk
membuat Konser Amal untuk Chrisye pada tahun 2005. Ketika saya pulang dari cuti
2005 dan dengar kalau Chrisye lagi sakit, saya cukup sedih karena Chrisye adalah
penyanyi favorit saya, bahkan saya suka dia sejak pertama menjadi pelatih di
Sampoerna di tahun 1991. Saya sudah merencanakan konser amal dan buatkan aransmen
untuk Big Band PKT dengan dukungan dari Erwin Gutawa dan juga ada perjanjian
bantuan dari Guruh Sukarno Putra juga, namun sebelum semuanya benar-benar matang,
ada kabar bahwa Chrisye sudah mulai membaik sehingga dukungan untuk merealisasikan
konser amal ternyata tidak mudah untuk mendapatkan.

Setelah itu, saya mengalihkan focus ke program Marching
Band dan mulai pikirkan program seperti apa yang bisa menghibur penonton dan
sekaligus membuat
anggota MB Bontang PKT merasa benar2 bersemangat. Sebelumnya saya dan Hery (asisten
pelatih Brass) sudah membuat beberapa aransemen lagu pop Indonesia, pengalaman
meyakinkan bahwa anggota dan penonton sangat bersemangat bila lagu yang dimainkan
adalah lagu yang familiar bagi semuanya. Lalu saya mencari ide – Band
mana yang memiliki Ciri Khas yang benar2 identik dengan bandnya, memiliki hits
yang luas dan familiar dengan seluruh masyarakat Indonesia. Walau ada beberapa
yang terkenal seperti Slank, Gigi dll, hanya ada satu yang benar2 pas di hati
saya – yaitu Dewa. Pada tahun 1998, saya bentukkan Band Pop dengan anggota
MB sebagai kegiatan tambahan di MB BPKT, karena pada saat itu ada cukup banyak
anggota yang suka ngeband. Saya bermain keyboard dan suka mencari lagu2 yang
mempunyai harmoni yang penuh untuk mengembangkan kemampuan anggota. Pada saat
itu, Dewa lagi vakum karena Ari Lasso keluar, dan Ahmad Dhani bersama Andra
keluarkan kaset dengan lagu Kuldesak & Aku Cinta Kau dan Dia – walau
sebelumnya saya sudah tertarik dengan karya Dhani,
saat itu saya mulai merasakan ada perubahan dengan stylenya Dhani yang menonjolkan
harmoni yang lebih ekspresif dan canggih.

Pada tahun 2000, saya dengar lagu “Roman Picisan”
di radio dan langsung punya keyakinan bahwa lagu tersebut akan sangat cocok
bila dibuatkan dalam aransemen Marching Band. Dan di GPMB 2000, saya buatkan
pemanasan dari lagu tersebut. Namun saya masih merasa lagu itu memiliki potensi
yang lebih, jadi pada GPMB 2001 saya buatkan aransemen full dengan tambahan
“Mukadimah”. Ternyata benar, lagu2 Dewa sangat cocok untuk MB dan
penonton sangat senang mendengarnya.

Lalu pada saat saya lagi pertimbangkan program untuk
2006, walau ada beberapa band yang berkwalitas dan punya koleksi lagu yang bagus,
hanya ada satu band
yang benar2 menonjol – yaitu Dewa.Karena saya mengikuti karir mereka dari
dulu, dan khususnya dari tahun 1998, saya sangat adalah fans berat yang mengenali
lagu2nya dan tahu pasti bahwa anggota saya benar2 suka lagunya. Jadi saya sudah
tidak ragu2 lagi ketika memilih Dewa sebagai program untuk 2006.

Redaksi : Bagaimana proses anda bisa mendapatkan ijin membawakan lagu-lagu
Dewa ?

Rene : Pada tahun 2004, Andy (Dougharty) mengajak saya
untuk ikut menonton penampilan Titi DJ di JCC – kebetulan di penampilan
yang sama ada Chrisye dan Dewa . . . WAH luar biasa, bayangkan saja itu kesempatan
emas untuk menonton semuanya, dan “siapa tahu” mungkin saya bisa
bertemu dengan mereka2 yang sudah lama saya idolakan!

Ternyata iya juga . . . Titi beritahu bahwa Chrisye lagi
istirahat di ruang tunggu dibelakang panggung, jadi saya sempat berbincang2
dengan dan sambil berfoto2. Setelah keluar dari ruang tunggu, kebetulan saya
melihat Tyo Nugros yang baru masuk dari pintu belakang. Saya ambil inisiatif
untuk memperkenalkan diri, dan sekaligus beritahu bahwa saya juga pemain drum.
Langsung ada rasa nyambung dengan dia – dia tahu bahwa di kalangan MB
para pemain drum sering melakukan visual2 dengan twirling sticks, dan dia minta
saya menunjukkan dan mengajar dia cara melakukannya. Kami keluar dari gedung
dan mencari kotak kayu untuk bermain dan saya menunjukkan beberapa trick dan
dia sangat bersemangat mempelajarinya . . . eh, tahu2 ada BANYAK sekali orang
yang cepat sekali menyekitari kami . . . memang benar bahwa anggota Dewa adalah
bintang besar!

Saya sempat berkenalan dan berfoto2 dengan Dhani, Once
dan Andra juga – luar biasa!

Beberapa bulan kemudian, Tyo telpon ke saya dan minta
nama lengkap saya karena katanya dia mau masukkan nama saya didalam Cover album
“Laskar Cinta” . . . saya tanya “buat APA? Kita baru kenalan
sekali!”, dia jawab bahwa walaupun ketemu sekali saja, apa yang saya berikan
kepada dia sangat berarti dan memberi dia semangat yang baru – jadi dia
ingin menunjukkan rasa terima kasihnya kepada saya. Jadi kalau melihat Cover
album Laskar Cinta – pada tulisan TYO THANX TO . . . nama saya ada disitu.

Setelah itu, saya tetap berhubungan dengan Tyo dari waktu
ke waktu. Ketika saya ada ide untuk buat program Salute to Dewa 19, saya minta
pendapat dia, dan dia langsung ajak saya untuk bertemu dengan Dhani di RCTI
pada saat mereka lagi shooting untuk acara Idul Adha. Saya datang dan Tyo membantu
mulaikan diskusi bersama Dhani. Pada dasarnya, Dhani bersikap oke oke saja,
tapi cukup jelas bahwa dia tidak terlalu mengerti sebenarnya Marching Band modern
seperti apa.
Dia sarankan langsung “Coba pakai Laskar Cinta” karena dia lagi
promosikan lagu tersebut . . . kesan pertama saya adalah bahwa lagu itu akan
sulit untuk
disesuaikan dengan MB modern . . . dia bilang “Kok sulit? Iramanya “Da
dat, dat – da da” (iramanya seperti campuran Rebana dan Drum Band
jaman dahulu),
ternyata Maya (istrinya) pernah menjadi mayorette untuk drum band pada saat
dia SMA, dan itu saja referensi yang Dhani ingat.

Kami sempat bercanda2 sedikit (“Siapa tahu Maya
bisa menjadi Field Commandernya nanti” – hehe!) dan saya ceritakan
bayangan2 saya untuk program MB Bontang PKT. Dia cukup mendukung, tapi tampaknya
masih belum terlalu memahami apa Marching Band modern sebenarnya. Saya buat
janji “Pokoknya, kalau sudah jadi, nanti saya hubungi dan tunjukkan hasilnya
dulu”

Kalau soal izin resmi, sebenarnya tidak dibutuhkan secara
legal, karena yang saya buat adalah aransemen lagunya yang tidak dimaksudkan
untuk mencari untung .
. . seandainya saya mau buat rekaman untuk dijual di toko, baru harus diurus
royalty dan lain sebagainya, tapi untuk Marching Band tidak ada masalah, saya
hanya
ingin dapat persetujuan dan doa restu dari Dhani, dan sekaligus menujukkan apresiasi
saya kepada dia atas karyanya yang saya anggap layak diberikan “Salute”.

Redaksi : Bagaimana proses anda dalam pembuatan aransemen lagu2 untuk program
“Salute to Dewa 19” dan apa benar lagu2 Dewa yang anda aransemen
mencerminkan emosi dan perasaan anda ? Berapa lama anda mengaransemen ulang
?

Rene’: Kalau soal emosi & perasaan dalam pembuatan
aransemen, untuk say bisa dibilang bahwa untuk menghasilkan sebuah aransemen
yang baik, seharusnya
ada inspirasi dan perasaan yang mendahului aransemen tersebut. Kalau aransmen
dari tahun 2004, semua lagu itu merupakan lagu kenangan bagi saya sehingga sudah
ada perasaan yang cukup mendalam dan lama – selain itu, bahwa lagu2 tersebut
sudah pernah dibawah oleh grup DCI dalam bentuk yang sama ataupun bervariasi
menjadi landasan yang baik untuk membantu saya buatkan aransemen barunya untuk
PKT.

Kalau tahun ini, situasinya jauh berbeda karena belum
pernah ada aransemen Marching Band sebelumnya dengan lagu2 Dewa 19 tersebut
untuk menjadi referensi, jadi saya harus banyak dengar lagunya dan mencari bayangan
tentang cara yang cocok untuk menjadikan aransemen MB.Pada awalnya, saya ada
daftar yang lumayan panjang dengan 25 lagu untuk mencari yang cocok untuk program
Dewa 19. Daftar tersebut saya minta input dari staff dan anggota saya, dan saya
kemudian mencari sebanyak mungkin waktu untuk mendengar semua lagu berulang
kali untuk mencari yang mana yang kira kira saya bisa dapat inspirasi untuk
buatkan aransemen. Kebetulan ada beberapa lagu diantaranya yang merupakan favorit
saya (yaitu Lagu Cinta, Pupus & Mistikus Cinta – yang akhirnya saya
berhasil medleykan semuanya).

Setelah saya memilih “Arjuna” sebagai Opener, saya banyak mendengar
dua versi rekamannya (dari album asli “Cintailah Cinta” dan album
konser “Atas Nama Cinta”) dan juga saya ada rekaman dari TV dimana
Dewa tampilkan lagunya. Prosesnya agak lama untuk mematangkan konsepnya, karena
tidak bisa dipaksakan.
Walaupun ada rencana mau mencatat scenario lagu di rumah sebelum berangkat ke
DMC tahun lalu, inspirasinya tidak datang2 . . . ironisnya saya lagi di pesawat
menuju Jakarta ketika inspirasinya datang . . . jadi saya langsung mencari kertas
untuk mencatat idenya didalam pesawat, karena kalau inspirasi datang, jangan
ditunda atau mungkin bisa hilang!

Inspirasi untuk semua aransemen tahun ini sebenarnya
berdasarkan perasaan dan emosi saya dari berbagai aspek . . . kalau “Arjuna”
itu merupakan perasaan saya
terhadap pertandingan MB dan DCI dimana ada semangat dan rasa sangar dalam bermain
dan bertanding – lagu aslinya dasyat dan saya mempunyai bayangan bagaimana
apabila ada grup seperti Blue Devils atau Cavaliers tampilan lagunya –
bagaimana efek yang mereka akan berikan dan apa yang saya ingin penonton merasakan
dalam lagunya.

Untuk “Lagu Cinta / Pupus” – sengaja
saya medleykan karena saya suka dua2nya – temponya sama, kuncinya sama
tapi perasaan dalam lagu masing2 ternyata
berlawanan. Kebetulan tahun belakangan ini, saya banyak emosi yang dicerminkan
dalam kedua lagu tersebut sehingga tidak sulit untuk menghayati dalam aransemennya
– bahkan proses aransemen itu menjadi lumayan lancar. Ada satu lagu dari
Blue Devils yang menjadi inspirasi untuk awal aransemen ini, kalau
dengar lagu kedua dari program Blue Devils 2000 sekitar 4:28 menit dalam produksinya
– ada solo trumpet diiringi oleh brass yang lembut dan mulus –
itu kesan yang ingin saya buatkan dalam aransemen ini. Ada perasaan yang cukup
mendalam kalau kita dengar Once menyanyikan Lagu Cinta – dan saya ingin
mendapatkan efek yang sama dalam versi MB.

Kalau “Mistikus Cinta” – kesan di lagu
ini juga sangat familiar bagi saya sehingga saya ingin ada feeling yang tulus
– terutama di Refrainnya . . . terus terang
sampai sekarang kalau anggota bermain refnya dengan penghayatan yang baik, saya
tidak bisa menahan perasaan saya . . . dari dulu saya selalu memberi
pesan kepada anggota saya untuk lagu Ballad, yaitu “Make Me Cry”
. . . dan tahun ini mereka berhasil!

Di Percussion Feature (PF) saya pakai “Pangeran Cinta” karena lagunya
cukup dasyat, terutama pada Intronya. Saya ingin menjadikan PF tahun ini sebagai
“Homage” (kehormatan) kepada mentor / idola saya, yaitu Tom Float
yang pernah menjadi Pelatih Perkusi di Blue Devils dari tahun 1982 s/d 1990
(saat itu, Scott
Johnson menjadi Asisten Pelatihnya Tom Float). PF favorit saya dari Tom Float
adalah “Paradox” yang Blue Devils tampilkan pada tahun 1982 dan
1983 . . . jadi
setelah saya cukup lama mendengar “Pangeran Cinta” akhirnya saya
menemukan cara untuk memasukkan melodinya kedalam format awalnya “Paradox”
sehingga
menjadi hampir sama dengan PF aslinya. Kebetulan Dhani memberi saran agar saya
buatkan aransemen “Pangeran Cinta” dan dia berharap akan cocok untuk
MB
– maka dipertengahan PF saya masukkan Brass Ensemble untuk memainkan melodi
dari Ref lagu aslinya.

Untuk Laskar Cinta – lagu ini menjadi aransemen
yang paling sulit bagi saya, karena pada awalnya ketika Dhani sarankan lagunya,
saya tidak bisa membayangkan
bagaimana lagu ini bisa dimainkan oleh MB sehingga ada kesan yang baik. Cukup
lama saya cari inspirasi, dan akhirnya saya ingat bahwa Wayne Downey pernah
ceritakan proses dia untuk membuat aransemen “Pinball Wizard” untuk
program Blue Devils pada tahun 1990 . . . bagaimana dia dan teman2 lagi kumpul
dan mulai cari variasi lagu asli “Pinball Wizard” yang berasal dari
Rock yang cukup keras . . . akhirnya dengan awalnya bercanda, mereka menemukan
variasi Jazz yang unik.
Saya penasaran, apakah “Laskar Cinta” bisa dimainkan dengan style
Jazz juga? Setelah saya buatkan beberapa variasi, akhirnya saya dapatkan versi
yang lumayan
mendekati stylenya “Pinball Wizard” yang diaransemen oleh Wayne
Downey. Walaupun “Pinball Wizard” cukup jauh berbeda, tapi nuansanya
terdapat dalam “Laskar Cinta” . . . dan akhirnya Dhani juga ancung
jempol . . . baca komentarnya dibawah.

Setelah selesai “Laskar Cinta” saya mulai
mencari cara untuk kembalikan aliran show ke style lagu “Arjuna”
agar bisa membuat “Reprise” untuk ending show . . .
saya mulai mencari bayangan bagaimana saya bisa menyelipkan lagu Dewa 19 yang
lain dalam waktu yang singkat . . . bahkan disembunyikan sehingga
kemungkinan penonton yang tidak perhatikan baik2 tidak akan sadar kalau ada
melodi lagu lain yang dimainkan. Lagu yang ingin saya masukkan ada tema yang
pada dasarnya bisa merangkul esensi daripada program “Salute to Dewa 19”
– bahwa setiap lagu yang dimainkan ada hubungan dengan Cinta – jadi
lagu yang saya pilih adalah “Cinta ‘Kan Membawamu”. Jadi kalau
kembali dengar show setelah selesai “Laskar Cinta”, anda bisa menemukan
melodi dari lagu tersebut – hanya dua
kalimat, yaitu “Cinta ‘kan membawamu . . . kembali disini”,
lalu langsung ada transisi Perkusi yang mengantar Brass menuju ke bentuk DEWA
dalam display .
. . jadi secara langsung ada pesan melalui 2 kalimat itu bahwa Cinta ‘kan
membawamu – kembali disini . . . Ke DEWA, kemudian ke PKT (bentuk display
berikutnya).Ada banyak aspek dari program visual yang saya pertimbangkan pada
saat saya buatkan aransemen, dan setelah aransemen selesai, saya buatkan catatan
yang cukup panjang lebar dan kirimkan kepada Andy sebagai panduan untuk dibuatkan
Displaynya. Walau saya hampir selalu serahkan bentuk display sepenuhnya kepada
Andy (ada beberapa bagian yang saya minta secara khusus, yaitu antara lain –
bagian lari di akhir Arjuna dan lagi di akhir show, bentuk Hati yang retak di
akhir Lagu Cinta, tulisan Dewa & PKT), saya banyak beri masukan tentang
susunan Brass dalam bentuk Display agar menghasilkan suara yang maksimal dari
penempatannya di lapangan. Jadi pernah ada komentar dari penonton bahwa suara
Brass PKT ada kesan “Stereo”, saya cukup merasa bersyukur bahwa
ternyata efek yang dicarikan akhirnya membuahkan hasil yang memuaskan.

Pada saat saya bicara dengan Wayne Downey ketika dia
datang ke Jakarta pada tahun 1997 untuk membuat Workshop di GPMB, dia memberikan
sedikit pandangan yang dia menyimpulkan dari pengalamannya sendiri maupun dari
pengalamannya dengan mengamati pelatih2 lain yang dia kenal . . . yaitu bahwa
kalau kita menonton penampilan dari suatu MB atau Drum Corps, apa yang kita
melihat dan merasakan dalam show tersebut hampir selalu mencerminkan kepribadian
dan jiwa dari Pelatihnya.

Setelah dia ceritakan itu, saya mulai lebih memperhatikan
apa yang ada di diri saya pada saat saya buatkan show, bagaimana saya bisa mentransfer
dan
mencerminkan perasaan saya didalam penampilan grup saya. Walaupun ada beberapa
aransemen yang pada sendirinya dapat emosi seperti yang saya rasakan
(seperti “Bahasa Kalbu” dan “Bunda”), saya baru mulai
“agak” berhasil dengan full show pada tahun 2004, namun rasanya
saya baru benar2 berhasil untuk pertama
kalinya dengan program tahun ini.

Jadi kalau ada yang ingin tahu “Bigman sebenarnya seperti APA?”
maka coba dengar show ini, walaupun saya bukan pencipta asli lagunya, namun
sebagai arranger
saya sempat memasukkan perasaan saya didalam aransemen maupun cara2 lagunya
dimainkan dengan ekspresi. Ada rasa sangar, rasa sayang, rasa sedih / sakit
hati, rasa frustasi dan juga rasa dasyat. Namun rasa sombong & brengsek
tidak ada, (hehe), karena tidak pernah ada maksud begitu secara sengaja!

Mungkin bagi orang2 yang merasa bahwa Ahmad Dhani adalah
sosok yang sombong dan arogan, itu kemungkinan image / citra yang dia ingin
tampilkan didepan publik, tapi kalau diperhatikan lagunya yang begitu bervariasi,
sudah pasti dia orang yang mempunyai jiwa besar dan memiliki perasaan yang mendalam
– tidak
mungkin dia bisa menghasilkan lagu yang begitu bervariasi kalau tidak demikian!

Mudah2an cerita dan pengalaman ini bisa membantu arranger2 yang lain untuk mengembangkan
perasaannya lagi agar lebih mencerminkan jiwa dalam aransemennya.

Redaksi : Redaksi sempat melihat Dhani Ahmad dan Tyo Nugros datang dan menonton
saat penampilan MB Bontang PKT, hal ini jarang terjadi, bisa ceritakan bagaimana
prosesnya ?

Rene’ : Hmmm, itu proses yang lumayan panjang dan
penuh dengan rasa gelisah – apa MUNGKIN Dhani mau datang untuk menonton
penampilan di GPMB nanti???

Jadi pada bulan November ketika program musik sudah selesai
dan saya buatkan rekaman video beberapa display dan konser lagunya, saya mulai
coba membuat janji dengan Dhani agar bertemu, namun ternyata tidak segampang
itu . . . ternyata sudah lama sekali sejak kami bicara (bulan Januari) dan dia
tidak terlalu ingat tentang pertemuan kami yang dulu itu. Saya hubungi manajernya
(namanya Dian, yang ternyata juga adik kandungnya) dan setelah membujuk terus,
akhirnya ada tanda2 positif. Jadi saya ke Jakarta dan dengan nekat berusaha
meyakinkan Dhani agar bertemu dengan saya . . . dia hanya beri tanggapan “sms’an
aja hari Senin” . . . yahhhh gimana??? Jadi Senin pagi2 saya sms dan beritahu
bahwa saya akan datang ke Kantor Dewa jam 1 siang untuk bertemu dengan dia,
tapi tidak ada balasan. Saya berangkat dari hotel jam 12, dan ternyata perjalanannya
lancer sekali sehingga sampai di Pondok Indah pada jam 12:25 . . . kantornya
lagi kosong, pintu depannya tutup dan saya mulai gelisah. Kebetulan saya tahu
bahwa rumah Dhani terletak di jalan yang sama dengan kantor, jadi saya putuskan
untuk menuju ke rumahnya saja . . . siapa tahu dia berada disitu.

Begitu sampai, pintu garasi terbuka dan supir / bodyguard
dia (Iwan namanya) berada diluar. Saya langsung memperkenalkan diri dan tanya
apakah Dhani ada di rumah . . . dia bilang kayaknya ada, mungkin lagi makan
siang didalam – Iwan lagi menunggu Maya yang mau diantar ke studio Trans
TV. Kata Iwan, telpon saja ke HPnya Dhani . . . saya langsung ketawa, “Mana
mungkin Dhani mau angkat?!?!” Iwan suruh agar dicoba saja – ternyata
diangkat juga! Dhani langsung bilang “Rene’ lagi dimana?”,
saya jawab bahwa saya lagi didepan rumahnya . . . “Masuk saja” katanya!

WOW, luar biasa rasanya. Iwan persilahkan saya agar masuk
melalui pintu garasi . . . begitu mau masuk, Maya keluar dari pintunya, dan
saya sempat bersalaman dengan dia.

Saya masuk dan duduk di ruang tamu “Istana Ahmad
Dhani” (rumahnya benar2 MEWAH banget!) . . . kalau pernah menonton video
clip “Sedang Ingin Bercinta”,
sebagian dari video tersebut direkam dalam ruang tamu itu!

Dalam beberapa menit, Dhani turun dari lantai atas dan
langsung menyambut saya dengan akrab. Kami ngobrol beberapa menit tentang kemajuan
program MB BPKT dan setelah itu dia minta melihat hasil rekaman handycam saya.

Pada saat videonya lagi diputar, 2 dari 3 anaknya pulang
dari sekolah (El & Doel), dan saat “Lagu Cinta / Pupus” lagi
berjalan, dia bertanya kepada anak2nya “Ini lagu apa ya??? . . . Lagunya
Bapak kan?” dengan penuh senyum. Sebentar lagi Dian juga datang dan pada
saat Laskar Cinta lagi dimainkan, Dhani tampak kaget
dan penasaran . . . dia mengatakan ke Dian “Lagunya bisa JUGA dijadikan
JAZZ!”.

Setelah selesai menonton videonya, dia tanya tentang
kapan penampilan di GPMB dan bilang bahwa dia ingin datang untuk menonton penampilannya
jika jadwalnya
memungkinkan.

Ketika MB BPKT sampai di Jakarta, saya mulai sms’an
terus sama Dhani, Tyo dan Yuke (Tyo & Yuke sempat menonton videonya setelah
Dhani menontonnya). Ternyata agak susah untuk dapatkan response dari mereka,
kecuali Yuke yang beritahu bahwa ternyata dia ada acara di Bali sehingga tidak
bisa hadir. Saya hubungi Dian dan tanyakan gimana gimananya . . . dia bilang
akan berusaha mengingatkan Dhani, tapi tidak bisa janji dulu. Tapi dengan sikap
“Pantang Menyerah” dan nekat, saya terus sms’an ke Dhani &
Tyo . . . pada tanggal 7 pagi, Tyo sms saya dari nomor hp yang baru (ternyata
yang lama sudah tidak berlaku lagi) dan beritahu bahwa dia lagi di Puncak, tapi
sudah mau berangkat kembali ke Jakarta bersama Alexandra (pacarnya) untuk menonton
GPMB, tapi masih belum ada kabar dari Dhani . . . jadi saya masih setengah stress,
kasihan anggota kalau ternyata Dhani bersikap cuek dan tidak hadir – malah ada
orang yang muncul di Istora pada tanggal 6 dan mengakui dia sebagai Crew Dewa
. . . katanya tidak mungkin Dhani akan datang besok hanya untuk menonton Marching
Band!
Wah, kacau nih!

Pada saat MB mau selesai pemanasan, ternyata Tyo &
Alexandra datang dan saya sempat ngobrol dengan mereka sebentar sebelum mereka
masuk ke Tribun untuk mencari tempat duduk. Akhirnya saya harus turun ke lorong
dimana anggota lagi antri untuk masuk ke Arena untuk penampilan di Babak Final.
Saya sudah mendekati anggota untuk memberi salaman dan semangat kepada anggota,
dan tiba2 hp saya berbunyi . . . ternyata Dian yang menelpon dan dia bilang
“Kami sudah di parkir Istora, tolong minta orang agar bertemu dan mengantar
kami kedalam” . . . WOW – saya suruh anggota berkumpul cepat dan
sampaikan “AHMAD DHANI DATAAAAANG!!!!” . . . anggota menjadi gila
sekali dan langsung teriak dengan suara keras sekali!Akhirnya, setelah perjuangan
yang panjang,
kekhawatiran apakah Dhani akan benar2 datang beserta banyak stress seandainya
dia tidak datang . . . ternyata dia datang juga.

Anggota tampil dengan energy yang penuh dan setelah selesai
dengan penampilan dan Dhani berdiri, saya perhatikan wajah2 mereka – mereka
sungguh2 kaget bahwa dia BENAR2 berada di tribun.

Setelah MB keluar dari arena, saya mengajak Dhani &
Dian agar masuk ke dalam ruang kami, dan mereka ikut kedalam, dan dengan wajah
yang tersenyum Dhani
luangkan waktu yang cukup lama untuk berfoto, tanda tangani kaos dan bersalaman
dengan anggota – suatu peristiwa yang luar biasa, baik bagi mereka maupun
saya sendiri, karena akhirnya harapan saya terwujud, dan segala perjuangan dan
stress tidak sia2!

Setelah Dhani pulang, kemudian Tyo & Alexandra masuk
dan suasanya lebih santai lagi, mereka benar2 tenang dan ramah terhadap anggota.
Tentunya anggota yang
cewek terpesona dengan wajah gantengnya Tyo, tapi anggota yang cowok lebih terpesona
dengan si cantik Alexandra . . . wah Tyo & Alexandra benar2 pasangan
yang sama2 cakep! Bisa dibayangkan kalau mereka akhirnya menikah dan punya anak
. . . pasti anaknya akan jadi model yang ngetop, hehehe!

Redaksi : Bisa kasih bocoran rencana paket MB Bontang PKT di GPMB XXIII ?

Rene’ : Untuk sementara ini belum ada rencana untuk
Paket MB Bontang PKT berikutnya. Kami lagi menyelesaikan program 2006 –
2007 dengan penampilan2
lokal, misalnya pada tanggal 2 Februari mendatang, kami akan tampil untuk pembukaan
PON Wartawan Nasional di Samarinda . . . jadi program GPMB kemaren masih dipertahankan.

Pada tanggal 26 Februari, kami akan mulai rekruting untuk
Cadet Band baru, dan sekaligus mengakhiri program 2006 – 2007. Saat ini
kami baru mulai pertimbangkan beberapa kemungkinan untuk program 2007 –
2008, tapi belum ada keputusan.

Redaksi : Terima kasih Rene, sukses untuk anda dan MB Bontang PKT.

Rene’ : Terima kasih juga kepada Henry Goeltom
dan Trendmarching, semoga Trendmarching tetap berjaya, menjadi makin asyik dan
terus berjuang untuk kemajuan MB Indonesia! VINCERO!!!

Short URL: https://trendmarching.or.id/read/?p=594

Posted by on Jan 30 2007. Filed under Dalam Negeri, Events, GPMB GPJB, News. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can skip to the end and leave a response. Pinging is currently not allowed.

Leave a Reply


Recently Commented